09 January 2009

Alasan Mengapa Kita Harus Mendukung Palestina

Berkas yang hampir terlewatkan di inbox email. Semoga bisa memberikan pemahaman yang lebih baik, ketimbang hasil debat PKS vs PPP tentang Demo untuk Palestina di TVone semalam...

---------- Forwarded message ----------
From: M Alfatih
Date: 2009/1/9
Subject: ** Alasan Mengapa Kita Harus Mendukung Palestina
To: auliyaparents@yahoogroups.com

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Berikut ini forward posting mengenai kaitan sejarah kemerdekaan Indonesia dengan bangsa Palestina, yang dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri" karangan Bapak H. M. Zein Hassan Lc, Lt (alm.)

Kemerdekaan suatu bangsa, secara hukum internasional akan sah jika ada wilayah, pemerintah, dan rakyatnya. Serta adanya pengakuan dari negara lain. Syarat terakhir ini telah dipenuhi oleh Mesir pada tahun 1949, yang didahului oleh dukungan penuh oleh Mufti Palestina saat itu. Sejak itu, PBB tak bisa mengelak, dan akhirnya melalui perundingan yang dipaksa oleh PBB, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.

Salam,

M. Alfatih Z. Hassan.

*-------Original Message-------*

*From: Ruskim Subandi
*Date: 1/8/2009 4:41:32 PM
*Subject: FW: Sisi Lain Fakta Sejarah Kemerdekaan Indonesia...

Kita berhutang banyak dengan Palestina....
Sisi lain fakta sejarah kemerdekaan Indonesia namun sayang masih ada saja komentar anak bangsa ini yg mengatakan "ngapain sih mendukung Palestina" dan komentar menarik dari majalah TIME "kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia seperti di Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya untuk membebaskan diri dari Eropa."

Ngapain sih mendukung Palestina?
Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap Negara tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina diserang. Ngapain sih mendukung Palestina?

Pertanyaan tersebut di atas sering kita dengar, terutama karena kita bukan orang Palestina, bukan bangsa Arab, rakyat sendiri sedang susah, dan juga karena entah mendukung atau enggak, sepertinya tidak berpengaruh pada kegiatan kita sehari-hari.

Padahal, untuk yang belum mengetahui... kita sebagai orang Indonesia malah berhutang dukungan untuk Palestina.

Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI *de facto* pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.

Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri" yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc.

Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution.


M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada halaman 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.

Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:

"pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan 'ucapan selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan."

Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi "Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia" dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di negeri ini.

Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: "Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia ...."

Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan RI pertama kali oleh Negara *Mesir* 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara Timur Tengah lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan dan pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.

*Dukungan Mengalir Setelah Itu*
Setelah itu, sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan Indonesia menjadi sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk *'Panitia Pembela Indonesia'*. Para pemimpin negara dan perwakilannya di lembaga internasional PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong diangkatnya isu Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang lembaga tersebut.

Di jalan-jalan terjadi demonstrasi-demonstrasi dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. Ketika terjadi *serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya* , demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah khususnya Mesir. Sholat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.

Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca *Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947*, pada 9 Agustus. Saat kapal "Volendam" milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu. Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah-putih –tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air dan makanan untuk kapal "Volendam" milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan. Kemudian motor boat besar pengangkut logistik untuk "Volendam" bergerak dengan dijaga oleh 20 orang polisi bersenjata beserta Mr. Blackfield, Konsul Honorer Belanda asal Inggris, dan Direktur perusahaan pengurus kapal Belanda di pelabuhan. Namun hal itu tidak menyurutkan perlawanan para buruh Mesir.

Wartawan 'Al-Balagh' pada 10/8/47 melaporkan:
"Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. Mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan motor-boat besar itu kejuruan lain."

Melihat fenomena itu, majalah TIME (25/1/46) dengan nada salib menakut-nakuti Barat dengan kebangkitan Nasionalisme-Islam di Asia dan Dunia Arab. "Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia seperti di Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya untuk membebaskan diri dari Eropa."

Melihat peliknya usaha kita untuk merdeka, semoga bangsa Indonesia yang saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat tidak melupakan peran bangsa bangsa Arab, khususnya Palestina dalam membantu perdjoeangan kita.

Statement Tokoh dalam buku ini
*Dr. Moh. Hatta*
"Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo. Karena dengan pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya terhadap Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan tertutup bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagai selalu dilakukannya di masa-masa yang lampau."

*A.H. Nasution*
"Karena itu tertjatatlah, bahwa negara-negara Arab jang paling dahulu mengakui RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknja ke Jogja dan jang paling dahulu memberi bantuan biaja bagi diplomat-diplomat Indonesia di luar negeri. *Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia, Jemen,* memelopori pengakuan de jure RI bersama *Afghanistan* dan *Iran-Turki* mendukung RI. Fakta-fakta ini merupakan hasil perdjuangan diplomat-diplomat revolusi kita. Dan simpati terhadap RI jang tetap luas di negara-negara Timur Tengah merupakan modal perdjuangan kita seterusnja, jang harus terus dibina untuk perdjuangan jang ditentukan oleh UUD '45 *"ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial"*.

Perumpamaan kaum muslimin yang saling kasih mengasihi dan cinta mencintai antara satu sama lain ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota berasa sakit maka seluruh tubuh akan turut berasa sakit dan tidak dapat tidur (HR. Bukhari).

No comments:

Post a Comment